Beranda | Artikel
Menyambut Ramadhan Dengan Tekad Dan Ilmu
Selasa, 11 Maret 2025

Menyambut Ramadhan Dengan Tekad Dan Ilmu merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. Hafidzahullah pada Senin, 03 Ramadhan 1446 H / 03 Maret 2025 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Menyambut Ramadhan Dengan Tekad Dan Ilmu

Tidak semua orang yang berdoa minta dipertemukan dengan Ramadhan lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala kabulkan. Buktinya, tidak sedikit ada di antara orang-orang yang tahun lalu masih bersama kita, berpuasa, sahur, berbuka, shalat tarawih satu shaf dengan kita, sekarang mereka telah meninggal dunia.

Artinya saat hari ini kita masih hidup, itu berarti kita diberi karunia. Sayangnya, tidak sedikit orang yang diberi karunia, namun dia tidak memanfaatkan karunia tersebut dengan baik. Dia tidak memaksimalkan nikmat yang sangat istimewa ini.

Dan tentu kita tidak mau termasuk ke dalam orang-orang yang kufur nikmat. Inginnya kita adalah syukur nikmat. Caranya bagaimana agar kita tergolong orang-orang yang kufur nikmat, yaitu orang-orang yang sudah diberi kesempatan untuk berjumpa dengan Ramadhan lalu dia menyia-nyiakan kesempatan itu?

Sekurang-kurangnya ada dua hal prinsip yang harus kita wujudkan untuk menyambut bulan Ramadhan. Yang pertama adalah tekad. Dan yang kedua adalah ilmu.

Apa yang dimaksud dengan dua hal ini? Mari kita bahas satu persatu.

1. Tekad

Tekad yang dimaksud di sini adalah tekad untuk taat.

Pada suatu hari, putera dari seorang ulama besar Imam Ahmad bin Hanbal yang bernama Abdullah. Abdullah meminta nasihat dari ayahnya, dia meminta diberi wasiat. Maka ayahnya berkata, ”Nak, hendaklah engkau selalu berniat untuk melakukan kebaikan. Karena seandainya engkau selalu berniat melakukan kebaikan, maka niscaya engkau akan selalu berada di dalam kebaikan.”

Jadi walaupun baru niat untuk berbuat baik saja sudah merupakan kebaikan. Sebagaimana yang Nabi kita sampaikan, Shallallahu ’Alaihi wa Sallam, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim,

وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً

”Barangsiapa yang berniat melakukan kebaikan lalu tidak mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna,” (HR. Bukhari dan Muslim)

Lihat juga: Hadits Arbain Ke 37 – Allah Mencatat Kebaikan dan Keburukan

Contohnya, para wanita biasanya tidak bisa berpuasa sebulan penuh karena haid. Maka sebelum datangnya bulan Ramadhan, hendaknya bertekad dan berniat, ”Ya Allah, saya ingin berpuasa full sebulan penuh.”

Keinginan Anda ini bisa Allah Subhanahu wa Ta’ala wujudkan, dan bisa juga tidak dikabulkan. Karena yang menciptakan siklus haid tersebut adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Untungnya adalah, ketika kita sudah berniat, maka mendapat pahala yang sempurna, meskipun puasanya terpotong beberapa hari karena haid. Namun dia tetap menggantinya di hari lain setelah Ramadhan. Dia sudah mendapatkan pahala dengan niatnya. Maka itulah pentingnya sebuat niat.

Contoh lain, para pria berniat, ”Ya Allah, saya ingin shalat 5 waktu full di masjid. Bukan hanya dimasjid, namun juga tepat waktu tidak tertinggal takbiratul ihram.”

Karena tidak tertinggal takbiratul ihram adalah level tertinggi (dari shalat berjamaah di masjid). Hal tersebut memiliki keistimewaan tersendiri.

Jadi jika ada orang yang tidak tertinggal takbiratul ihram sebanyak 40 hari, maka dia akan dibebaskan dari kemunafikan, dan akan dibebaskan dari api neraka.

Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam,

مَنْ صَلَّى لِلَّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا فِى جَمَاعَةٍ يُدْرِكُ التَّكْبِيرَةَ الأُولَى كُتِبَتْ لَهُ بَرَاءَتَانِ بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ وَبَرَاءَةٌ مِنَ النِّفَاقِ

“Siapa yang melaksanakan shalat karena Allah selama empat puluh hari secara berjamaah, ia tidak luput dari takbiratul ihram bersama imam, maka ia akan dicatat terbebas dari dua hal yaitu terbebas dari siksa neraka dan terbebas dari kemunafikan.” (HR. Tirmidzi)

Lihat juga: Pentingnya Mendapatkan Takbiratul Ihram Bersama Imam

Jika kita sudah memiliki niat tersebut, namun Allah Subhanahu wa Ta’ala menakdirkan berbeda, misalnya karena sakit sehingga tidak berangkat ke masjid. Maka dia sudah mendapat pahalanya karena sebab niat.

Di waktu yang lain tidak sakit, namun kebelet buang hajat dan segera ke kamar mandi. Ketika selesai dari hajatnya, imamnya sudah berlalu 2 rakaat. Kita tertinggal 2 rakaat. Namun meskipun kita tertinggal seperti itu, kita sudah mendapat pahalanya karena sudah niat. Jadi berniat untuk melakukan kebaikan itu sangat menguntungkan.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian Memaksimalkan Karunia Ramadhan


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54992-menyambut-ramadhan-dengan-tekad-dan-ilmu-2/